Sabtu, 16 November 2013

Sebuah daerah yang disebut Thamel


Setibanya kami di bandara Tribhuvan Kathmandu sungguh rasanya bagaikan terbangun dari mimpi panjang karena tidak dipungkiri lagi bahwasanya Nepal memang merupakann spot idaman para traveller di dunia terutama bagi penggiat alam bebas. Di bandara yang terbilang kecil ini kami awali perjalanan panjang selama kami di Nepal. Warna merah bata terlihat sangat etnik dipadukan dengan arsitektur bangunan bandara ini yang memang berbeda jika dibandingkan dengan bandara bandara  di Indonesia. Selepas dari bandara, kami segera menuju tempat penginapan kami sebelum lapangan pengarungan sungai dimulai dan dibawalah kami menuju sebuah daerah yang bisa dibilang sebagai pusat para backpacker dunia jika mereka berada di Nepal, adalah Thamel. Negara yang awalnya kukira berbalut es dimana mana dengan pemukiman seperti pedalaman ternyata salah. Di daerah Thamel yang memiliki ketinggian ±1300mdpl ternyata berbeda dengan ekspektasi awalku tentang kota ini. Di daerah Thamel jarang sekali atau bahkan hampir tidak ada bangunan yang tidak memiliki tingkat, karena hampir semua bangunan disini berbentuk rumah susun.
Thamel sungguh dipenuhi oleh banyak wisatawan asing dari belahan dunia manapun, Ada ras negroid, mongoloid, kaukasoid dan ras dari berbagai etnis lainya. Lebih uniknya kita dapat melihat beberapa dari mereka dengan setelan layaknya seorang gepeng dengan tidak berbusana pada bagian atas, tidak beralas kaki, dengan rambut dan jenggot yang panjang tidak aturan. Di sepanjang jalan kita dapat melihat toko toko yang menjual berbagai macam hal dari perlengkapan outdoor hingga barang barang antik khas Nepal. Disini toko toko hanya buka hingga pukul 21.00 selepas itu adalah giliran toko toko “lain” yang membuka tokonya, inilah yang dinamai budhastic time dimana ketika daun kenikmatan beredar dimana mana dan pria pria menjual wanita yang berada didalam toko dengan musik yang terdengar keras dengan lampu berwarna warni.
Pada keesokan harinya kami baru sadar bahwa di daerah ini memang memiliki sebuah permasalahan pada listrik dan airnya. Di daerah Indonesia yang mungkin pemadaman seminggu sekali kita sudah protes layaknya menjadi orang yang paling menderita tanpa adanya aliran listrik. Bayangkan jika kita berada di Thamel, disini mati lampu sehari bisa mencapai 3 kali. Acapnya pada toko toko disini mereka memang sudah menyediakan genset untuk mengakali agar tokonya tetap terjaga aliran listriknya sehingga para pembeli sudi untuk mampir melihat barang yang mereka jual. Setelah itu, ketika kami berjalan keluar kami baru sadar lagi bahwa di kota ini tidak ada traffic light di persimpangan yang ada, untuk mengatur itu semua di setiap persimpangan terdapat seorang polisi dibawah payung plastik dengan seragam biru bersarung tangan putih untuk mengatur laju lalu lintas di kota ini.   

                Selain itu, rekomendasi jika berada di kota ini kita harus menggunakan sunblock dengan jumlah spf yang tinggi karena disini udaranya dingin tetapi kering dan penuh debu sehingga jika kita tidak menggunakan sunblock siap saja muka kita berubah menjadi siluman ular. Let’s Get Lost!!